Ini
adalah fict oneshoot pertama Ahn.. selamat membaca.!
\(-v-)/
Summary : Hinata adalah gadis sederhana dengan cinta serta impian yang
sederhana. Mampukah kesederhanaan tersebut dapat meraih sang pujaan hati?
##PAIN##
Disclaimer
: Masashi Kishimoto is own for the character, but the story is mine.
Rated
: K-T
Main
Pairing : NaruHina
Warning
: OOC, Semi-Canon, Romance, TYPO and many more.
##GAIN##
Oneshoot!
Hinata terus
menatap Naruto yang sedang berlatih bersama seluruh anggota tim 7. Setiap hari,
sebelum latihan, Hinata selalu memperhatikan kegiatan yang dilakukan oleh
remaja Uzumaki tersebut.
Semakin lama perasaannya semakin
dalam. Mungkin ia hanyalah seorang gadis remaja biasa yang biasa diabaikan oleh
ayah maupun sepupunya, Neji. Tapi ia selalu menjaga rasa cintanya dengan tekad
yang tidak terlihat. Karena cinta ini, cukuplah ia yang menanggung.
~~~~~*~Pain~*~Gain~*~~~~~
Hinata
sedang berjalan sendirian sehabis membeli seikat bunga dari kedai ‘Yamanaka’.
Dari kejauhan ia melihat Naruto beserta anggota tim 7 lainnya. Hatinya berbisik
dan membujuk untuk mengajak Naruto makan siang bersama atau hanya sekedar
menyapa Naruto.
“Sakura-chan!
Ayo kita pergi kencan!” ajak Naruto pada Sakura sehabis mereka berlatih di
training ground 7.
Ada
sedikit rasa tidak nyaman yang menggelitik relung hatinya. Ia tidak tau apa
sebenarnya rasa itu. Ia pun tidak pasti akan hati Naruto yang hanya melihat
Sakura apapun yang dilakukan oleh Sakura.
“Baka! Sudah pasti aku akan pergi
berkencan dengan Sasuke-kun~ Ne, Sasuke-kun, ayo kita makan siang.” Sakura
terus bergelayut manja di lengan kiri Sasuke.
“Hn.
Dobe, ayo kita makan siang.”
“Teme
kau menyebalkan! Padahal aku inginnya kencan dengan Sakura-chan!”
“Sasuke-kun!
Aku hanya ingin kencan denganmu, kenapa Naruto harus ikut?”
“Hn..”
“Teme!”
“Sasuke-Kun!”
~~~~~*~Pain~*~Gain~*~~~~~
Hinata
sedang berdiri bersama Naruto di sebuah tempat latihan.
Hari
ini adalah final ujian Chunin, dan Naruto yang sedang dalam perjalanan menuju
tempat ujian, mendadak berhenti manakala ia melihat Hinata yang sedang
berlatih.
Hanya
ada percakapan singkat, ucapan terimakasih serta kata-kata semangat yang
terlontar diantara mereka berdua. Selebihnya, mereka hanya terpaku pada
keheningan.
Namun
satu kalimat yang terlontar dari mulut Naruto manakala ia hendak berangkat
menuju tempat terakhir ujian Chunin, benar-benar membuat hati Hinata dipenuhi
oleh rasa bahagia,
“Kau
tahu Hinata, kau itu sangat
pendiam, tertutup dan pemalu. Tapi aku
suka pada gadis sepertimu.”
~~~~~*~Pain~*~Gain~*~~~~~
Sesekali
Hinata melirik kearah Naruto yang tidak jauh dari sisinya. Hatinya penuh harap
agar dapat segera menemukan serangga Bikochu dan memberikannya pada Naruto.
Gadis
Hyuuga itu tahu bahwa Sasuke adalah sahabat Naruto yang paling berharga, oleh
sebab itu ia ingin menolong Naruto
agar kebahagiaan pemuda Uzumaki tersebut dapat kembali sepenuhnya.
Hanya
dengan mengabulkan permintaan Naruto, hatinya merasa cukup. Karena ia tahu
dengan jelas, penderitaan Naruto sejak kecil.
Ia
tahu ia takkan mampu untuk perasaan yang terlalu mendesak dan terlalu
berlebihan. Oleh karena itu, baginya cukup mencintai Naruto dengan segala hal
yang ada diantara mereka. Cukuplah ia mencintai semampunya.
~~~~~*~Pain~*~Gain~*~~~~~
“Na-ruh-toh-
Uhuk!” hinata terbatuk dengan darah yang memuncrat dari mulutnya.
Dari
tempatnya terbaring sendirian, ia terus merapalkan nama Naruto di dalam
hatinya. Hatinya yang dipenuhi oleh rasa bersalah karena dirinya telah menjadi pemicu kemarahan Naruto
kepada Pain.
Ia
terus menyebut-nyebut nama Naruto tanpa terdengar oleh si pemilik nama
tersebut. Dan didalam kesendirian dirinya menangisi ekspresi kesakitan yang
ditunjukkan oleh wajah Naruto yang berubah menjadi Kyuubi.
Hinata
masih ingat bagaimana keputusannya untuk menolong Naruto, walau berakhir sakit.
Namun ia tidak pernah menyesali perbuatannya yang menyatakan cinta kepada
Naruto. Walau ia tahu harapan dirinya akan diterima itu sangatlah tipis, tapi
ia bersyukur kepada Kami-sama yang telah memberikannya waktu untuk menyatakan
isi hatinya.
dan kau membukakannya pun sudah terasa nyaman..
Hinata
tidak paham kenapa hatinya terasa miris sekaligus senang.
Ia
merasa miris melihat keadaan Naruto yang terkunci gerak sepenuhnya oleh
perbuatan Pain. Namun hatinya juga merasa senang kala Naruto memarahi
kebodohannya untuk menghadapi Pain sendirian
Ia
senang Naruto mengkhawatirkannya. Dan ia tahu pasti, bahwa Naruto selalu
mengkhawatirkan keadaan seluruh teman-temannya.
Walau
perhatian tersebut hanya sedikit, tapi hatinya sudah merasa nyaman.
~~~~~*~Pain~*~Gain~*~~~~~
Hinata
terus tersenyum sambil matanya terus menatap ke arah album foto yang sedang dipegang
olehnya. Album yang berisikan kenangan-kenangan manis kebersamaan dirinya
dengan pria yang mencintainya.
“Ne,
Hime.. apa yang sedang kau lihat?” bisik seorang pria yang tiba-tiba memeluk
tubuh Hinata dari arah belakang.
“Na-Naruto-kun!
A-aku sedang melihat-lihat foto-foto kebersamaan ki-kita.”
“Oh~
foto-foto saat kita pacaran dulu? Hmm..”
Wajah
Hinata masih terarah pada album ditangannya. Tapi matanya sesekali melirik kearah
wajah Naruto yang bersandar
di bahunya.
Blush!
Wajahnya
memerah membayangkan perubahan-perubahan yang dialami oleh Naruto selama ini.
Wajah Naruto kini terlihat semakin dewasa.
“Kenapa
melihatnya sendirian saja,”
“Eh?”
Hinata
langsung menatap ke arah Naruto, meminta penjelasan atas kalimat yang baru saja
dilontarkan olehnya.
“Maksudku,
akan lebih menyenangkan bila dirimu melihat album ini bersama-sama. Bersama
denganku dan Daisuke-kun. Apa kau lupa pada suami dan putramu sendiri?”
Naruto
langsung menarik dirinya dari sisi Hinata. Berpura-pura kesal.
“Eh-eh-
gomen Naruto-kun. Karena tadi kalian sedang tertidur pulas makanya aku melihat
album ini sendirian.” Hinata gelagapan saat mendapati wajah suaminya yang
terlihat kesal pada dirinya.
“hehe~
aku hanya bercanda Hime-chan. Kau terlihat sangat manis saat panik begini.”
Naruto menjawab sambil tertawa kecil melihat tingkah isterinya.
Hinata dan Naruto
berdiri sambil berpelukan dihadapan sebuah boks bayi yang berisikan seorang
bayi laki-laki mungil berambut indigo dengan iris safir yang sedang
mengerjap-ngerjapkan matanya untuk menyesuaikan diri terhadap cahaya.
“Naruto-kun, apa yang
kau inginkan di hari jadi pernikahan kita yang ke-3 ini?”
“Uhm~ aku sudah
mendapatkanmu sebagai isteri, mendapatkan keluargamu sebagai keluargaku,
mendapatkan Daisuke sebagai anakku, sepertinya tidak ada lagi yang kubutuhkan..
kau sendiri, ingin apa Hinata-chan?”
Hinata langsung
menunduk manakala mendapat tatapan intens dari sang suami. Jari-jemerinya
saling bertautan demi menghilangkan rasa gugup yang bergelayut di hati.
“Eh, a-aku~ uhm..
Sejak dulu aku sudah
sangat mengagumi dan mencintai Naruto-kun. Bahkan sejak di hari pertama kita
bertemu, yakni saat kita masih balita-
Tanpa sadar, aku
seenaknya saja menjadikan Naruto-kun sebagai tempat dimana aku pulang dan tempat
dimana aku menaruh hatiku-
Oleh karena itu, perkenankanah aku mencintaimu sebisaku,
ne Naruto-kun?.”
Naruto tertegun kala
meresapi setiap kata yang disampaikan oleh isterinya tersebut. Perlahan senyum
mulai terkembang diwajahnya. Dikecupnya wajah, kening, pipi, hidung dan bibir
Hinata untuk menyampaikan rasa Cintanya.
“Kalau begitu, aku
juga, perkenankanah aku mencintaimu
sebisaku, Hinata-hime?”
“Aishiteru,
Naruto-kun.”
“Aishiteru mo,
Hime-chan.”
Dan sebuah kecupan
kecil dari Hinata di pipi Naruto sudah menjawab permintaannya tersebut.
***FIN***
Bagaimana? Gaje-kah? Silahkan berikan Review ataupun Flame atas fict abal karangan Ahn ini. Sayounara, readers-san! \(-v-)/
Sumber : May I? by Ahn
0 komentar:
Posting Komentar